Sabtu, 10 Juni 2023

KESETARAAN GENDER DAN EMANSIPASI PEREMPUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

 

 

Problematika pendidikan Islam yang sering menjadi sorotan dari Barat adalah masalah kesetaraan gender dan peran serta partisipasi  perempuan dalam pendidikan di kalangan umat Islam. Isu tentang kesetaraan gender di   bidang   pendidikan   ini,      kemudian   memunculkan   berbagai   kritik   terhadap  ajaran  Islam  yang  dianggap  tidak  memberikan  ruang  terhadap 

kaum perempuan dalam dunia pendidikan, karena sebagaian besar ajaran Islam dianggap terlalu maskulin dan berpihak pada kaum laki-laki. Kritik yang sering dilontarkan oleh para aktifis gender dunia tersebut bukanlah sesuatu  yang  baru  dalam  konteks  keislaman,  bahkan  dalam  perspektif  sejarah  umat  manusia  masalah  perbedaan  peran  dan  status  laki-laki  dan  perempuan telah menjadi perhatian utama.

Dalam   banyak   perbincangan   publik   pada   era   modern   ternyata   perjuangan persamaan gender yang telah lama didengungkan, secara realitas menunjukkan bahwa peran perempuan dalam perspektif persemaan hak dan kedudukan dengan laki-laki telah sedemikian maju dan berkembang. Hal ini  tidak  bisa  dilepaskan  dari  adanya  kesadara  dari  kaum  perempuan  itu  sendiri mengenai arti penting pendidikan bagi masa depan umat manusia khusunya  perempuan  muslim,  dalam  mengahadapi  persaingan  kerja  dan  karir yang setara dengan laki-laki.

Dalam  konteks  sejarah  paling  tidak  peran  perempuan  di  bidang  pendidikan  telah  dilakukan  oleh  isteri  Nabi  Muhammad  SAW,  seperti  peranan siti Aisyah RA, yang terkenal kan kecerdasannya dan jasanya dalam meriwayatkan beberapa hadits. Kemudian pada masa Dinasti Fatimiyyah di Mesir, yang merepresentasikan kekuatan politis representasi gender dalam politik  Islam.  Dinasti  ini  tercatat  sebagai  Dinasti  yang  mengembangkan  kajian KeIslaman madzhab Syiah di Mesir dengan mendirikan Jami’ al-Azhar sebagai  cikal  bakal  Universitas  Al-Azhar  menjadi  pusat  pengembangan  pendidikan dan keilmuan pada masanya

Dalam   konteks   kekinian,   akibat   pengaruh   globalisasi   informasi   tampaknya  gerakan  feminis  dikalangan  aktifis  gender  Islam  mengalami  perubahan   fundamental.   Nuansa   liberalisme   Barat   justru   lebih   mendominasi trend dan pola gerakan emansipasi perempuan kontemporer. Seharusnya para aktifis gerakan feminisme di kalangan Muslim tetapi  tetap mempertahankan  dogmatika  agam  Islam  dan  bersikap  selektif  terhadap  gagasan-gagasan feminisme dari Barat. Sebagaimana yang dilakukan oleh para  filosof  Muslim  terhadap  ideologi  dan  pemikiran  Yunani,  sehingga  umat  islam  dapat  menikmati  kemajuan  peradaban  yang  menjulang  pada  era klasik Islam. Begitu juga peranan perempuan dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan masalah-masalah domestik, tetapi juga merambah pada

wilayah  publik  sebagaimana  konsep  anti-diskriminasi  perempuan  sejak  awal Islam itu muncul, yang mengedepankan persamaan hak dan kewajiban dengan kaum lelaki, dalam beribadah dan menuntut ilmu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari Mengenal Nada!

  Ana Quthratun Nada, nama yang sudah disiapkan oleh kedua orang tua saya untuk putri pertama yang sangat ditunggu, anak perempuan pertama y...